Selasa, 27 Desember 2011

Sejarah Tuhan







Nama Karen Armstrong kian populer di telinga akademisi Indonesia terkait buku-buku karya pemikirannya yang mendapat respons positif masyarakat Indonesia.

Salah satunya adalah buku Sejarah Tuhan ini, yang telah terbit sepuluh tahun lalu dan kini dicetak ulang dalam versi Gold Edition. Gagasan tentang tuhan memang selalu menarik untuk didiskusikan, meski tidak sedikit darah yang tertumpah dengan mengatasnamakan-Nya. 

Salah satu alasannya karena gagasan tentang Tuhan tidak tumbuh dari satu titik kemudian berkembang secara linear menuju suatu konsepsi final. Sebaliknya, ia selalu mencari bentuk-bentuk baru dan berbeda dalam setiap zamannya.

Demikianlah yang terekam dalam jejak sejarah pergumulan manusia mempersepsikan Tuhannya. Setiap zaman cenderung berubah dan berbeda persepsi. Ketika orang mulai mempersonalisasi kekuatan gaib dan menjadikannya sebagai tuhan-tuhan, mengasosiasikannya dengan angin, matahari, laut, dan binatang, namun memiliki karakteristik manusia. Mereka sebenarnya sedang mengekspresikan rasa kedekatan dengan yang gaib itu dan dengan dunia di sekeliling mereka. 

Hal ini telah menjadi ciri orang Sumeria dari Mesopotamia kuno, di Lembah Tigris-Efrat, yang berada di wilayah pemerintahan Irak kini, sejak 4.000 Sebelum Masehi. Dilanjutkan orang Akkadian Semitik yang menginvasi mereka, hingga 2.000 SM, orang Amorit menaklukkan peradaban Sumeria-Akkadian dan menjadikan Babilonia sebagai ibu kota mereka. 

Tuhan agama pagan sering bersifat teritorial: satu tuhan hanya memiliki yurisdiksi atas suatu kawasan tertentu, dan adalah bijaksana untuk menyembah tuhan-tuhan setempat ketika bepergian ke wilayah lain. Namun, hal itu tidak berlaku bagi tuhan kaum monoteistik sebagaimana yang dibawa Abraham yang bersifat universal.

Babilonia menisbahkan prestasi kebudayaan mereka kepada dewa-dewa yang telah mewahyukan gaya hidup mereka sendiri kepada nenek moyang mitikal masyarakat Babilonia. Babilonia dianggap sebagai gambaran surga, setiap candinya adalah kerajaan langit. Mitos mengekspresikan makna batin peradaban, sebagaimana orang Babilonia melihatnya. 

Sedangkan di zaman modern sekarang ini, para teolog liberal berusaha membuktikan apakah mungkin untuk beriman sekaligus menjadi bagian dari dunia intelektual modern. Ketika merumuskan konsepsi baru tentang tuhan, mereka berpaling ke disiplin ilmu lain; sains, psikologi, sosiologi, dan agama-agama lain. 

Perbedaan persepsi rupanya bukan hanya terjadi disebabkan perbedaan agama secara formal belaka. Bahkan dalam satu tradisi agama yang sama pun, kerap terjadi perbedaan dalam mempersepsikan tuhan.

Karya salah satu komentator terkemuka dunia tentang masalah-masalah agama asal Inggris ini berusaha melacak jejak sejarah pencarian, persepsi dan pengalaman manusia tentang Tuhan selama empat ribu tahun sejak zaman Abraham hingga masa kini. 

Peresensi adalah Hilyatul Auliya, Alumni Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 



Judul       : Sejarah Tuhan (Gold Edition)
Penulis    : Karen Armstrong
Penerbit  : Mizan
Tahun     : I, September 2011
Tebal      :673 Halaman


Tidak ada komentar:

Posting Komentar